PERGAULAN SEHAT REMAJA
PERGAULAN SEHAT REMAJA
Part 1
1. PENGERTIAN PERGAULAN
Aristoteles, seorang filsuf dan ilmuwan Yunani Kuno
mengatakan manusia sebagai zoon politicon, yang artinya manusia adalah makhluk
sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Pengaruh pergaulan sangat besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Selain itu juga, pergaulan yang dilakukan akan
mencerminkan kepribadiannya, baik itu pergaulan yang sehat maupun tidak.
Salah dalam memilih pergaulan akan menjerumuskan kita
menjadi pribadi yang tidak baik. Maka dari itu, perlu memiliki prinsip dasar
agar tetap dalam pergaulan yang sehat.
Pergaulan sehat adalah kerja sama untuk melakukan hal-hal
yang positif. Sedangkan, pergaulan yang tidak sehat itu lebih mengarah kepada
pergaulan bebas, dan hal-hal negatif lainnya. Hal ini yang harus dihindari,
terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja
biasanya seseorang masih labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan
ingin mencoba hal baru yang mungkin belum diketahui baik atau buruknya.
2. HAKIKAT SEHAT
Konsep “sehat”, World Health
Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar
terbebas dari penyakit atau cacat.
Undang-undang tentang kesehatan pasal
1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesimpulan dari ketiga pengertian
sehat tersebut adalah suatu kondisi ketika segala sesuatu berjalan normal dan
bekerja sesuai dengan fungsinya serta tidak menderita suatu penyakit atau
kelemahan baik jasmani, rohani, maupun sosial.
3. HAKIKAT REMAJA
Istilah remaja berasal dari bahasa
Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget ( Hurlock,
1980: 206):
Secara psikologis, masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak… Intelegensi
dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber… Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok… Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa,
yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Sedangkan menurut Hurlock (1980:
206), remaja adalah mereka berada pada usia berlangsung kira-kira dari tiga
belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa
remaja bermula dari usia tujuh belas atau tujuh belas tahun sampai delapan
belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat.
Remaja adalah seseorang yang tumbuh
menjadi dewasa mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana
remaja mempunyai rasa keingintahuan yang
besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai persiapan memasuki masa
dewasa.
1. Ciri-ciri Remaja
Ciri remaja menurut (Putro, 2017),
yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode
peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi
seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti
anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja
berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh
terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang
dewasa. Di lain pihak,status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan
karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode
perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan
perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama
awalmasa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,perubahan perilaku
dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan
sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia
bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai
masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan
yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang
mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak
selalu sesuai dengan harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari
identitas
Pada tahun-tahun awalmasa remaja,
penyesuaian diri terhadap kelompokmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan
perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti
sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan
remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada
remaja.
f. Masa remaja sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa
remaja suka berbuat semaunya sendiri, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak
realistik
Masa remaja cenderung memandang
kehidupan melalui kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan
orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik
ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja
akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia
tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa
dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan
yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan
tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian
dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan, dan
terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap
bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang
diharapkan mereka.
Komentar
Posting Komentar