PERGAULAN SEHAT REMAJA - Part 2
PERGAULAN SEHAT REMAJAPART 2
Lanjutan Part 1
c. Karakteristik Prilaku dan pribadi Remaja
Merujuk pada tulisan Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai karakteristik perilaku dan kepribadian pada masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek, fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja Awal | Remaja Akhir |
(11-13 Th s.d.14-15 Th) | (14-16 Th.s.d.18-20 Th) |
Fisik | |
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat. | Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat. |
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang. | Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa. |
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian –bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki. | Siap berfungsinya organ – organ reproduktif seperti pada orang dewasa. |
Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan. | Gerak gerik mulai mantap. |
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan. | Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja. |
Bahasa | |
Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing. | Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya. |
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik. | Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius. |
Perilaku Kognitif | |
Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. | Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif. |
Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat. | Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi. |
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas. | Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya |
Perilaku Sosial | |
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer. | Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat). |
Moralitas | |
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. | Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat ber-buat keliru atau kesalahan. |
Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya. | Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya. |
Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. | Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya. |
Perilaku Keagamaan | |
Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis. | Eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya. |
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. | Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas |
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup | Mulai menemukan pegangan hidup |
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian | |
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya | Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya. |
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat | Reaksi-reaksi dan ekspresi emosinalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya. |
Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba. | Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikanlanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya. |
Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya. | Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa. |
d. Karakteristik Pertumbuhan dan perkembangan remaja
Karakteristik Pertumbuhan dan perkembangan remaja meliputi perubahan transisi biologis, kognitif, dan sosial. Ketiga Perubahan tersebut dijelaskan secara menyeluruh antara lain sebagai berikut:
1.
Transisi
Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terlihat nampak pada
saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan
sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin
panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi
(ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto &
Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada
anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus
berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh
bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan
yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya
air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai
tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah
bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan
oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu
masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang
aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto
& Agung Hartono, 2002: 94
2. Transisi
Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran
operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran
operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran
operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang
dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka
mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya
mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara
berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan
membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran
opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir
lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan
persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti
memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja
berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan
sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam
perkembangan kognitif remaja
3. Transisi Sosial
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Karakteristik Remaja
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa
kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama
masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya
dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman
bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008:
139). Berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan remaja dengan teman sebaya
dan orang tua:
1) Hubungan dengan
Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers)
adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia
atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam
Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar
mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi
dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat
dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan
dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan
beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk
kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia
menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga
termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan,
penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut
Santrock (2003: 206) yaitu :
a)Menciptakan interaksi sosial yang baik
dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)Bersikap menyenangkan, baik dan penuh
perhatian.
c)Tingkah laku yang prososial seperti
jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d)Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)Menyediakan dukungan sosial seperti
memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan,
berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut
Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a)Akan merasa kesepian karena kebutuhan
social mereka tidak terpenuhi.
b)Anak merasa tidak bahagia dan tidak
aman.
c)Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d)Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang
dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g)Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h)Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa
manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat
tersebut yaitu:
a)Merasa senang dan aman.
b) Mengembangkan konsep diri menyenangkan
karena orang lain mengakui mereka.
c) Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e) Menyesuaikan diri terhadap harapan
kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2) Hubungan dengan
Orang Tua
Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42)
mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika
konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran
logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan
kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak
rang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua
melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang
yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila
ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member
lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik
yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang
diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar
bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3)
Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang
satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu
bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti
menyimpulkan bahwa karakteristik remaja atau proses perkembangan remaja meliputi
masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi
kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga
proses sosioemosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang
meliputi hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar.
d. fase penting pada masa remaja
fase-fase penting pada masa remaja dibagi kedalam 3 fase, antara lain sebagai berikut :
1. Fase
Pueral
Pueral, dari kata ”puer” artinya anak besar. Masa pueral merupakan masa akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak tetapi ia belum termasuk golongan orang dewasa.
Perkembangan
jasmani: tidak banyak yang kita ketahui tentang perkembangan jasmani ini karena
masa pueral dialami dalam tempo yang singkat. Anak laki-laki merasa badannya
bertambah kuat dari keadaannya dimasa masa yang lalu. Pertambahan kekuatan itu
diikuti tanda-tanda lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang
lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Sebagian besar sifat-sifat yang
tampak pada anak laki-laki itu tidak begitu jelas kelihatan pada anak
perempuan. Suatu keistimewaan pada anak-anak perempuan ialah mereka suka tertawa
riuh dan gembira sekali.
Perkembangan psikis:
a. Pueral ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak. Mereka suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya. Segera setelah kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali.
b. Mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah semestinya, asalkan orang tua bertindak bijaksana. Mereka membutuhkan pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya.
c. Guru yang baik sikapnya ditaati karena pueral sudah kritis, tidak begitu saja menerima segala sesuatu. Perbuatan yang buruk dipandang buruk karena perbiuatan itu merugikan bagi dirinya sendiri, bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya.
Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman yang luar biasa.
2. Fase
Prapubertas
Sebenarnya
prapubertas masih termasuk kedalam masa peralihan. Masa ini dialami anak
perempuan lebih singkat daripada lamanya dialami anak laki-laki. Kedua jenis
berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk memungkinkan
mereka dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Andaikan mereka tidak dapat
melepaskan dirinya dari keterikatan itu dan merasa kemerdekaannya terancam, ada
kemungkinan mereka akan berontak atau sekurang-kurangnya tidak mau nengikuti
peritah, tidak tunduk kepada peraturan. Bila sudah sampai pada menentang orang
tua dan lingkungannya, hal ini dapat mempersukar guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Sehubungan dengan sikap seperti diatas itu, Oswald Kroh menyebutkannya ”masa menentang”. Datangnya masa ini disertai dengan gajala-gejala seperti mudah kena pengaruh buruk dari teman-temannya, kegiatannya cenderung merusak keadaan, suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, sering bertindak tidak sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, suka mencela tetapi ia sendiri belum mampu berbuat lebih baik.
Masa Negatif: Hetzer dan Bartling telah meneliti tentang masa negatif ini. Dalam masa ini perubahan-perubahan kejiwaan sangat sukar diteliti secara objektif karena perasaannya sangat tertegun dan kelakuannya sangat pasif. Untuk mendapatkan informasi yang jelas hendaknya penelitian dilakukan denagn pengamatan yang sistematis. Diantara sifat-sifat yang nampak pada masa negatif antara lain:
a. Kemampuan bekerja menurun.
b. Kewajiban dan hobinya sering diabaikan.
c. Merasa
gelisah dan kurang senang terhadap keadaan lingkungannya.
d. Mereka
sombong, selain masih memperlihatkan sifat-sifat kelemahannya.
Dalam masa negatif mudah terjadi pelanggaran moral, khususnya bagi mereka yang pendidikannya kurang baik dan lingkungannya tidak turut mencegah keadaan yang kurang baik itu. Dalam keadaan seperti inilah mereka membutuhkan bimbingan agar dapat mengerti tentang keadaan dan tingkah lakunya. Charlotte Buhler menggambarkan keadaan prapuber itu dengan kata-kata: ”saya sangat bermuram hati, tetapi saya tak tahu apa sebabnya.”
Masa Merindu puja: dalam masa prapubertas timbul rasa merindu puja. Merindu puja tidak ditujukan kepada manusia saja, juga kepada hal-hal yang abstrak yang sangat dikagumunya seperti keindahan alam, kebaikan, dan kecantikan. Dalam hal ini jelas ada unsur kejasmanian karena reaksi terhadap lingkungan umumnya bersifat psikofisik. Selain itu juga terdapat aspek nafsu, yaitu ingin mencari kepuasan dan kegembiraan, tetapi keinginan itu bukan berasal dari motif kejiwaan. Jika kita gambarkan dengan kata-kata, merindu puja mengalami proses sebagai berikut:
- Seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifat-sifat batinnya.
- Pujaan itu berdasarkan nilai kultur yang didukung oleh individu itu sendiri, misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya.
3. Fase Pubertas
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat-minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Dan merupakan inti dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada di dalam tubuhnya. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalanpun mengalami perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar, sedanag anak perempuan nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu.
4. Fase Adolesen
Masa adolesen berada diantara usia 17 dan 20 tahun. Atau mengambil batas-batas permulaannya pada saat-saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat menonjol, sedangakan batas-batas akhir pada saat berakhirnya perkembangan jasmani. Menurut Michaelis, pada awal adolesen seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ pada tubuh pada waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan apa saja yang didorong oleh perkembangan kelenjar. Beberapa diantara sifat-sifat adolesen ialah:
a. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup.
b. Jika pada
masa pubertas mengalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai tampak
tenang.
c. Sekarang
ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah, tetapi ternyata sukar
melaksanakannya.
d. Ia menunjukkan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya.
Komentar
Posting Komentar